Jumat, 22 November 2013


Fungsi Sosiologi dan Peran Sosiolog di Tengah Masyarakat


Fungsi Sosiologi dan Peran Sosiolog di Tengah Masyarakat - Masyarakat yang terdiri atas manusia yang berkelompok dan saling berinteraksi satu sama lain, mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia sebagai mahluk yang berakal dan berbudaya. Dengan demikian masyarakat tidak bersifat statis tetapi senantiasa dinamis. Perkembangan setiap masyarakat berbeda-beda.

Fungsi Sosiologi
Contoh perbedaan kondisi masyarakat yang paling unik di Indonesia, yaitu di Indonesia terdapat masyarakat yang sudah mengalami kehidupan moderen dan ilmu pengetahuan yang sudah maju, namun juga masih terdapat masyarakat yang primitif yaitu masyarakat yang belum mengenal ilmu pengetahuan teknologi.

Selain terdapat perbedaan masyarakat moderen dengan masyarakat primitif, perbedaan masyarakat juga dapat dilihat dari sudut pandang geografis yaitu adanya perbedaan masyarakat kota dengan masyarakat desa. Perbedaan masyarakat dari sudut pandang matapencaharian yaitu masyarakat industri dan masyarakat pertanian.

Setiap masyarakat akan berusaha untuk mempertahankan identitas budayanya. Apabila terjadi proses perubahan budaya yang tidak sesuai dengan identitas budaya dan sosialnya maka akan menimbulkan masalah sosial. Masyarakat memiliki ciri khas, sistem, adat istiadat, norma yang berbeda-beda dan kompleks. Dengan demikiam masalah sosial yang setiap masyarakat berbeda-beda pula. Masalah sosial adalah adanya ketidaksesuaian unsur-unsur yang ada dalam mesyarakat.

Sebagai contoh masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat adalah: kemiskinan (masyarakat yang miskin ilmu, miskin pengetahuan, miskin keterampilan, miskin pekerjaan), kejahatan, prilaku menyimpang, masalah kependudukan, masalah pelanggaran nilai dan norma masyarakat Apabila setiap masalah sosial yang terjadi di masyarakat tidak dapat diselesaikan maka akan mengancam keutuhan masyarakat tersebut yang pada akhirnya akan mengancam kepentingan bangsa dan negara. Masalah sosial akan menimbulkan konflik dan ketidakteraturan sosial.

Dalam negara yang sedang membangun sosiologi bermanfaat untuk kepentingan pembangunan negara. Proses pembangunan negara ditujukan untuk memberikan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat, menjaga keutuhan atau integrasi bangsa. Penelitian sosiologi memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memecahkan masalah-masa-lah sosial sebagai metode-metode prevenetif dan metode represif.

Era Globalisasi di abad 20 memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Revolusi dan inovasi para ahli/ilmuwan di berbagai bidang ilmu menyebabkan perubahan sosial yang luar biasa di masyarakat, yaitu perubahan sosial ekonomi, perubahan sosial budaya, perubahan sosial religius dan perubahan sosial politik. Masyarakat yang tidak siap menerima perubahan sosial tersebut akan mengalami disorganisasi sosial. 

Oleh karena itu sosiologi diharapkan dapat mengamati dan membantu menyelesaikan setiap masalah-masalah sosial mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sosiologi dapat membantu proses pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dengan menjaga identitas sosial dan budayanya yang luhur dan menjadi kebanggaan di depan mata dunia.

Para peneliti masyarakat atau ahli sosilogi memiliki peranan dalam masyarakat, diantaranya adalah :
a. Sosiolog sebagai ahli riset
b. Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
c. Sosiolog sebagai teknisi
d. Sosiolog sebagai pendidik




A. Pengetahuan Sosiologi
ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin socius yang berarti teman atau kawan dan bahasa Yunani logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antarteman, yaitu antara orang yang satu dengan yang lain. Dalam pengertian ini, seorang musuh atau lawan pun dapat disebut teman. Selain itu, sosiologi juga mempelajari hubungan antara kelompok dengan kelompok lainnya.
Menurut Meyer F. Nimkoff, terdapat tujuh hal yang menjadi objek studi sosiologi, yaitu faktor-faktor dalam kehidupan manusia, kebudayaan, sifat hakiki manusia, kelakuan kolektif, persekutuan hidup, lembaga sosial, dan perubahan sosial.
objek studi sosiologi adalah masyarakat, yaitu dengan menyoroti hubungan-hubungan antarmanusia tersebut. Masyarakat sebagai kajian sosiologi menunjuk pada sejumlah manusia
yang telah sekian lama hidup bersama dan menciptakan berbagai peraturan pergaulan hidup. Terbentuknya sistem pergaulan dalam masyarakat dibatasi oleh aturan yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, masyarakat memiliki kebudayaan.
B. Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sosiologi dipopulerkan oleh Aguste Comte sekitar tahun 1830. Di Indonesia banyak di antara para pujangga dan pemimpin Indonesia yang memasukkan unsur-unsur sosiologis di dalam ajaran-ajarannya. Contoh: ajaran ”Wulang Reh” dan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Ajaran ”Wulang Reh” yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta, antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota-anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda. Ajaran ini banyak mengandung aspek-aspek sosiologi, terutama dalam bidang intergroup relations.
Almarhum Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama yang meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan besar pada sosiologi dengan konsep-konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia, yang dengan nyata dipraktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Unsur-unsur sosiologi tidak digunakan dalam suatu ajaran atau teori yang murni sosiologis, akan
tetapi sebagai landasan untuk tujuan lain, yaitu ajaran tata hubungan antarmanusia dan pendidikan. Untuk pertama kalinya sosiologi di Indonesia diperkenalkan oleh Prof. Dr. B. Schrieke, seorang guru besar sosiologi dari Belanda. Namun, pada saat itu sosiologi masih dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya terutama ilmu hukum pada sekolah tinggi hukum. Dengan kata lain, sosiologi belum dianggap penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan. Pada tahun 1934/1935, kuliah-kuliah sosiologi pada sekolah tinggi hukum ditiadakan karena dianggap tidak ada hubungannya dengan sosiologi. Mulai saat itulah perkembangan ilmu sosiologi menjadi mati.
Namun, setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1948, seorang sarjana Indonesia Prof. Mr. Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya memberi kuliah sosiologi. Melalui titik awal inilah sosiologi mulai diajarkan di perguruan tinggi, hingga muncul bermacam-macam buku mengenai sosiologi di Indonesia (Nata Saputra: 1982). Kesemua ini memunculkan tokoh-tokoh generasi tua sosiologi seperti Prof. Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi S.H. M.A, Prof. Harsja W. Bachtiar, Dr. Arief Budiman, Dr. Nasikun, Dr. Loekman Soetrisno, dan lainlain.
C. Penerapan Ilmu Pengetahuan Sosiologi dalam Kehidupan      Masyarakat
Secara sosiologi, perencanaan sosial didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik daripada sebelumnya. Contoh, pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Hal ini berarti diperlukan persiapan untuk menggunakan perencanaan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat demi mencapai kemajuan. Sehingga teknologi bukan menjadi beban dan justru tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Menurut Ogburn dan Nimkoft (sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto: 1987), terdapat beberapa persyaratan suatu perencanaan dapat berjalan efektif. Syarat-syarat tersebut antara lain:
a. Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi. Sebagai contohnya telah dipergunakan uang, urbanisasi yang teratur, inteligensia di bidang teknik dan ilmu pengetahuan suatu sistem administrasi yang baik.
b. Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.
c. Terdapatnya sikap publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan sosial.
d. Adanya pimpinan ekonomis dan politik yang progresif.
Secara umum, perencanaan sosial dibuat dalam rangka mengatasi berbagai rintangan dalam pembangunan. Suatu perencanaan perlu adanya kerja sama antarwarga masyarakat. Dalam hal ini, diperlukan usaha-usaha yang komunikatif dalam hubungan sosial sehingga kesepakatan bersama dalam suatu kolektif dapat tercapai. Pada dasarnya terdapat beberapa kegunaan atau manfaat penerapan sosiologi dalam perencanaan sosial, kegunaan-kegunaan tersebut antara lain:
a. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan mendalam tentang perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf yang tradisional sampai pada taraf kebudayaan yang modern. Dengan demikian, proses penyusunan dan pengenalan suatu perencanaan social relatif lebih mudah dilakukan.
b. Sosiologi mempunyai dasar kemampuan memahami hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antargolongan dalam masyarakat, memahami proses perubahan dan pengaruh-pengaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Hal ini berarti cara kerja sosiologi
    atas dasar kenyataan faktual dalam masyarakat, sehingga rancangan perencanaan relatif dapat dipercaya.
c. Sosiologi mempunyai disiplin ilmu yang objektif. Hal ini berarti proses pelaksanaan kerjanya lebih didasarkan pada spekulasi dan harapan yang ideal.
d. Menurut pandangan sosiologi, perencanaan social merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga perencanaan tersebut dapat bermanfaat dalam menghimpun kekuatan social dalam rangka menciptakan ketertiban masyarakat.
e. Dengan berpikir secara sosiologis, maka perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui batas-batas keterbelakangan dan kemajuan masyarakat di bidang kebudayaan.
D. Penerapan Sosiologi dalam Penelitian
Objek penelitian sosiologi mengacu hampir seluruh aspek kehidupan manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antarmanusia dalam masyarakat. Selain itu, tugas sosiologi adalah mencari dan menemukan data faktual tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subjektif. Informasi sosiologi yang disajikan senantiasa ditemukan melalui metode-metode ilmiah yang sudah teruji.
Sosiologi dalam penelitian tentang tindakan sosial dalam masyarakat selalu bersandar pada interpretasi yang logis, objek diutamakan pada situasi yang dialami, diketahui dan dilihat, sehingga asumsi-asumsinya dapat dibuktikan. Selain itu penelitian sosiologis lebih mengutamakan hasil yang objektif serta bebas dari kecenderungan baik dan buruk. Oleh karena itu, di abad perubahan seperti sekarang ini dengan corak kehidupan sosial yang kompleks dan rumit penelitian sosiologis sangat dibutuhkan untuk mengungkap masalah yang faktual.
Atas dasar kenyataan tersebut, maka tidak mengherankan jika pengetahuan sosiologi banyak digunakan di berbagai kalangan praktisi pihak-pihak swasta, pemerintah dan banyak pula dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti dari disiplin ilmu lainnya. Banyak organisasi-organisasi swasta, lembaga-lembaga pengumpul pendapat umum dan penelitian pasar, organisasi-organisasi
industri dan manufaktur serta lembaga-lembaga profesional, menggunakan penelitian sosiologi. Oleh karenanya, para sosiolog dipandang sebagai personal yang memiliki kemampuan untuk duduk dalam berbagai jabatan, seperti bidang personalia, hubungan kerja atau perburuhan, dan berbagai anggota tim jenis evalusi tingkat kriminalitas, pencemaran lingkungan dan banyak lagi bidang yang berhubungan dengan kepentingan soal-soal kemasyarakatan.
E. Penerapan Sosiologi dalam Pembangunan
Menurut Soerjono Soekanto (1987), suatu proses pembangunan berkaitan dengan pandangan
optimis, yang berwujud usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih daripada apa yang telah dicapai.
Secara sosiologi, fokus utama yang menjadi prioritas dalam pembangunan adalah usaha untuk mencapai perbaikan ekonomi dan tidak hanya terbatas pada golongan elite saja melainkan secara
menyeluruh dan merata sampai pada lapisan terbawah. Dengan kata lain, pembangunan dalam arti kata sosiologi ditujukan pada pemberantasan terhadap angka kemiskinan. Kepekaan dan kemajuan pemikiran sosiologi inilah yang menjadikan pengetahuan sosiologi diterapkan dalam
pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto, kegunaan sosiologi bagi pembangunan dapat diidentifikasi melalui beberapa tahap. Pada tahap perencanaan, sosiologi digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sosial, pusat perhatian sosial, stratifikasi sosial, pusat-pusat kekuasaan serta sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial. Pada tahap pelakasanaan, sosiologi digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat serta mengamat-amati proses perubahan sosial yang terjadi. Sedangkan pada tahap evaluasi dapat diadakan suatu analisis terhadap efek-efek sosial dari pembangunan tersebut. Dengan demikian, pembangunan menurut konsep sosiologis adalah proses peningkatan taraf hidup masyarakat yang didasarkan pada realitas sosial.
F. Penerapan Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial
Menurut Roucek dan Warren, masalah sosial merupakan masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dalam pemenuhan kehendak biologis dan sosial. Sebagai contohnya, masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan institusi, rendahnya pengawasan sosial atau kegagalan dalam menjalankan kaidah-kaidah.
Berbagai usaha dan cara telah banyak dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial, akan tetapi belum ada metode yang ampuh untuk mengatasinya. Kesulitan ini dikarenakan masalahmasalah yang timbul tidaklah selalu sama, baik latar belakang, waktu maupun pengaruh-pengaruh yang menyertainya. Selain itu, metode dan analisis yang ada dalam masyarakat tidak mampu mengimbangi cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi.
Untuk memecahkan kesulitan ini, pengetahuan sosiologi menyuguhkan beberapa metode yang dirasa tepat dalam menanggulangi masalah sosial (Abdulsyani: 1987) yaitu:
1. Metode coba-coba (trial and error methods), yaitu cara penanggulangan masalah sosial yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial padam masyarakat yang masih tergolong sederhana. Dengan bantuan seorang dukun, atau dengan memberikan sesajen yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu.
2. Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah social dengan melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah. Para peneliti melakukan pengumpulan data sebagai dasar untuk mencari penyebab-penyebab timbulnya masalah sosial yang sedang terjadi, atau secara langsung menerapkan hasil keputusan pemikiran-pemikiran tertentu untuk meniadakan masalah social tersebut. Penerapan metode ini selalu disertai oleh pertimbanganpertimbangan tertentu terhadap nilai-nilai sosial beserta adat istiadat masyarakat setempat agar terdapat keseimbangan dan kerja sama yang harmonis dalam usaha penanggulangan masalahmasalah sosial tersebut.
3. Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitianpenelitian tanpa perhitungan. Pemikirannya adalah usaha yang berorientasi pada masa depan dengan ukuran waktu dan biaya yang telah diterapkan. Perencanaan sosial berarti usaha memperhitungkan dan menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih serasi dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar